R A N A H oleh Rando Torben Oroh
Update : 2005-03-22 19:18:27
Ada Apa Dengan Kematian? Judul Buku: Puing
Pengarang: (Kolaborasi 9 Pengarang) Anna Budiastuti,
Arief Hamdani, Bondan Winarno, Gredika Noor Hanes,
Irvan Sjafari, Priatna Ahmad Budiman, Suzana
Widiastuti, Suzana Hadjarati, dan Violeta Narcissus.
Penerbit : The BeBoP Publishing
Cetakan I: Februari, 2005
Tebal : xi + 286 ha
Mengapa orang tak boleh menentukan kapan saatnya untuk
mati?, ini adalah suara Azumi, seorang ilmuwan biologi
molekuler yang muda, cantik dan sedang menjadi
perhatian kalangan ilmuwan karena kecerdasan teorinya.
Azumi bercita-cita untuk menjadi The Death Buster, dan
dia benar-benar berusaha untuk mewujudkan dengan
melakukan riset-riset dilaboratorium.
Tema after_life (kematian) yang sedang digeluti oleh
Azumi tidak terlepas dari latar belakang kisah
hidupnya, dimana ketika dirinya baru berusia enam
tahun, Mamanya meninggal karena melahirkan adiknya,
Aya, yang beberapa bulan setelah kelahirannya juga
meninggal akibat serangan tumor ganas di otaknya.
Kematian Mama dan Aya sangat berpengaruh besar pada
psikologis Doctor Azumi hingga dewasa. Dirinya
menyalahkan bapaknya yang tidak punya perhatian
terhadap keluarga, dan hanya sibuk menenggelamkan diri
dilaboratorium.
Azumi tidak pernah memaafkan Bapaknya namun akibat
kebenciannya tersebut, memunculkan perasaan kuat untuk
menandingi Papanya, sehingga Doctor Azumi pun terjebak
dalam lumpur yang sama digeluti oleh Papanya. Sampai
akhirnya, Azumi mengakui bahwa hidup ini absurd dan
dirinya menantang kehadiran Sang Maut.
Itulah salah satu cerita dari beberapa cerita berbeda
dari kisah-kisah para tokoh dalam novel Puing. Masing
masing cerita memiliki tokohnya sendiri dan
kisah-kisahnya sendiri. Namun ada satu kesamaan dari
semua cerita tersebut adalah after_life (kematian).
Atas dasar pengalaman-pengalaman para tokoh, yang
memiliki orang terdekat yang meninggal, berkumpulah
mereka dalam sebuah mailing list bernama after_life.
Di milis (mailing list) inilah mereka berjumpa maya,
saling berkenalan di dunia virtual, dan berbagai
cerita tentang kematian.
Seperti misalnya kisah Maia, seorang lesbian, yang
mengakhiri profesinya sebagai pecatur handal karena
kekasihnya meninggal. Namun, ketika cinta mulai
bersemi kembali di hati Maia, dirinya harus mati
karena ledakan bom milik teroris disebuah hotel
kawasan Kuningan Jakarta. Maia mencintai kalyana, yang
juga seorang pecatur muda namun sudah berhasil
memperoleh gelar pemain terbaik pada sebuah kejuaraan
nasional. Namun sesungguhnya, Kalyana berbeda dengan
Maia, sebab Kalyana sempat jatuh hati pada Yana, lawan
tandingnya.
Membaca Puing, kita tidak harus memulainya dari
halaman depan bab pertama, selayaknya membaca novel
lain. Puing adalah sejenis kumpulan cerpen dari
sembilan pengarang yang kebetulan memiliki tema yang
sama dan bertemu di milis after_life. Pembaca dapat
membacanya terbalik, dari belakang, bab terakhir, lalu
berurut kedepan bab pertama. Atau secara acak dari
tengah lalu meloncat ke bab mana saja. Ini seperti
dunia matriks. Namun meski demikian, pembaca tetap
bisa merangkumnya sebagai satu kesatuan cerita novel.
Novel Puing merupakan terobosan baru dalam ranah
sastra di negeri kita. Selain di tulis secara
bebarengan, proses kreatif yang lahir dari dunia
virtual juga cukup unik. Rangkaian kisah dari
lorong-lorong internet, dengan logika dan semiotika
digital, memberikan nuansa dan rasa baru. Hal ini
menjadikan sastra cyber sudah pantas diakui sebagai
genre yang dapat disejajarkan dengan karya-karya
sastra genre lain atau sebelumnya.
Sembilan pengarang yang mengaku diri sebagai The
Morons memiliki latar belakang profesi dan pengalaman
yang berbeda. Bahkan dari segi usia pun, mereka cukup
beraneka ragam. Namun di dunia virtual, ruang dan
waktu seperti hilang. Usia dan latar belakang menjadi
tidak penting. Siapa saja dapat bermain bersama, meski
jarak mereka di dunia nyata cukup jauh. Pada bab awal
dan terakhir yang berjudul, ;Akhir yang mengawali; dan
Awal yang mengakhiri; adalah jembatan utama yang
menghubungkan kisah-kisah dalam Puing.
Dalam dua bab kunci tersebut bercerita, rencana mereka
para anggota milis after_life untuk melakukan kopi
darat pada suatu hari dengan dikoordinir oleh Doctor
Azumi yang kebetulan pada saat itu juga sedang
menggelar seminar di hotel tersebut. Para anggota dari
luar Jakarta berdatangan dengan penuh antusias, karena
rasa penasaran ingin berjumpa anggota lain di milis
after_life. Namun sungguh tragis, karena pada saat
pertemuan itu berlangsung, hotel tempat mereka
berkumpul di Bom oleh teroris, sehingga kemungkinan
dari para anggota itu mati. Hanya dua orang yang
selamat, karena tidak bisa menghadiri kopi darat
tersebut, karena kesibukan masing-masing. Namun ketika
terjadi ledakan dahsyat tersebut, mereka berdua
mengetahui dan sedang chating satu sama lain.
Dengan terbitnya novel Puing, membuktikan bahwa
Science Fiction (SF) segera siap-siap menjadi
primadona menggeser novel-novel Chicklit dan Teenlit.
Sebelumnya juga ada Trilogi Supernova karya Dee, Area
X, Hymne Angkasa Raya karya Eliza V. Handayani, dan
Anomali karya Santo Pay. Barangkali sudah saatnya
pembaca menikmati karya fiksi ilmiah yang disebut oleh
Taufik Ismail sebagai karya novel pintar.
(Selesai)
*Oleh Torben Rando oroh
catatan : Novel Kolaborasi Puing bisa didapatkan di QB
dan Gramedia